Warga Kangean Tidur di Kapal
Cuaca ekstrem berkepanjangan masih terjadi di wilayah perairan Sumenep. Akibatnya, tidak ada kapal ke wilayah kepulauan yang berani berlayar.

Kondisi tersebut menyebabkan ratusan calon penumpang ke kepulauan, tertahan di Pelabuhan Kalianget. Sebagian tidur di penginapan, dan sebagian lagi memilih tidur di kapal.

"Saya memilih tidur di kapal, karena bekal sudah habis. Tidak mungkin saya tidur di penginapan, karena tidak punya uang. Saya sudah 9 hari tertahan di pelabuhan," kata Abdul Latif, warga Desa Kalisangka, Kecamatan Arjasa, Kabupaten Sumenep, Jumat (10/02/2017).

Ia menuturkan, cuaca laut tahun ini sangat ekstrem dibanding tahun-tahun sebelumnya. Selain itu, berlangsung dalam waktu yang cukup lama. Akibatnya, dirinya dan ratusan warga Pulau Kangean harus bertahan di pelabuhan, menunggu cuaca membaik.

"Kapal memang tidak mungkin berangkat. Ombaknya besar. Anginnya kencang. Kami semua yang ada di kapal ini ya hanya bisa menunggu cuaca membaik hingga kapal bisa berangkat ke pulau," ujarnya.

Ia mengatakan, karena terlalu lama tidur di kapal, ada sekitar 6 calon penumpang yang jatuh sakit dan harus berobat. Bahkan ada yang terpaksa dirawat di Puskesmas Kalianget.

"Sebagian besar sakitnya ya karena terlalu lama tidur di kapal. Kena angin, terus kalau malam dingin. Tidurnya kan di bawah," ucapnya.

Ia mengaku benar-benar kehabisan bekal, karena terlalu lama tertahan di pelabuhan. Saat ini untuk makan, dirinya hanya mengandalkan bantuan nasi bungkus dari pemerintah daerah.

"Kalau tidak ada bantuan ya bisa-bisa kami tidak makan. Karena uang memang sudah habis. Tidak ada lagi bekal yang tersisa," ungkapnya.

Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Kalianget meminta seluruh operator kapal ke kepulauan, untuk menunda keberangkatan kapalnyanya karena cuaca ekstrem.

Berdasarkan surat dari BMKG Maritim Surabaya, cuaca ekstrem diperkirakan terjadi hingga 13 Februari 2017.

Berdasarkan prakiraan, ketinggian ombak di Perairan Kangean berkisar antara 2-4 meter, di Perairan Masalembu berkisar 1,5 - 3,5 meter. Kondisi tersebut dinilai membahayakan bagi pelayaran. 

Karena itu, KSOP Kalianget untuk sementara tidak menerbitkan Surat Ijin Berlayar (SIB) kapal semua rute. (tem/ted)

Sumber:beritajatim.com/[Kangean.Net]