Percuma Pendidikan Tinggi, Jika Moral Masih Rusak
Kondisi pendidikan sekolah umum di negeri ini tak secara signifikan memberikan pengaruh pada perbaikan moral para pencari ilmu dan juga ketaatannya pada sang Khaliq. Kurikulum pendidikan berkarakter pun seakan menjadi bumbu manis yang secara perlahan akan tergerus pesatnya perkembangan zaman. Sebagian guru yang mengajarkan pendidikan di sekolah, seolah hanya ingin menunaikan proses transfer ilmu tanpa ingin tahu bagaimana menjaga kondisi mereka setelah berada diluar lingkungan sekolah.

Jika kita menelaah, pendidikan karakter pada sejarahnya terbukti tidak membawa negara ini maju, malah terbelit dengan berbagai persoalan pelik yang beratnya bisa dirasakan hingga tujuh turunan. Pendidikan karakter hanya menghasilkan robot-robot generasi yang tidak mampu membedakan benar-salah, halal-haram ataupun baik-buruk. Generasi yang berkarakter juga terbukti tidak mampu menyelesaikan berbagai masalah bangsa yang kini membelit.

Kita harus sadar rusaknya moral sudah berada pada level yang sangat memprihatinkan. Kita bisa melihat sebagian mahasiswa dan mahasiswi yang pergi jauh ke luar pulau, dulu mereka menggunakan pakaian sopan menutup aurat. Setelah sekian lama ternyata pendidikan yang didapatkan didaratan tak menjadikannya semakin rapat menutup aurat, namun menjadikannya semakin terbuka dan bangga mempertontonkan auratnya di sosial media dan bahkan di dunia nyata.

Semua itu terjadi tidak lepas dari hadirnya dunia teknologi yang membuat mereka seolah membenarkan apa yang mereka lakukan. Maka boleh dikatakan pula bahwa kehadiran IT, terutama sosial media dan sejenisnya mendatangkan sesuatu yang bersifat ‘mudharat’ kalau tidak disertakan pendewasaan dan kesempurnaan pemahaman terhadap Islam. Bahkan mereka yang pernah di tempa di lembaga agama pun masih saja terpengaruh dan menjadikannya lupa terhadap kewajiban sebagai seorang muslim.

Selain itu, moral mereka rusak karena pemahaman liberal yang di usung oleh barat dan menggerogoti secara perlahan kondisi remaja dan generasi penerus bangsa. Pemahaman ini menunjukkan bahwa kehidupan harus terpisah dari agama. Sehingga jika mereka diingatkan untuk kembali dan memperbaiki moral, mereka akan berkata "Ini hidupku, urus saja dirimu sendiri". Padahal sejatinya yang mengingatkan tak ingin mereka berada dalam neraka karena perbuatan mereka yang melanggar syariat islam.

Solusi
Semua persoalan diatas hanya akan selesai dengan sistem pendidikan Islam, yang menitik beratkan pada terbentuknya karakter kepribadian Islam, bukan semata-mata menjadi pekerja dan berpenampilan luar biasa. Pendidikan yang bertujuan membentuk karakter kepribadian Islam tentu berbeda dengan karakter kebangsaan. Sebab, karakter kepribadian Islam dibangun berdasarkan aqidah Islam. Yang dihasilkan adalah generasi yang memiliki sudut pandang dan pemikiran yang shohih (Islami) dan sikap atau perilaku yang tidak menyimpang dari aturan Sang Khalik. Hal ini sangat penting, mengingat kunci dari semua persoalan bangsa adalah benarnya (shohihnya) aturan dan kebijakan yang diterapkan, dan itu dapat terwujud hanya melalui proses pendidikan yang shohih.

Pendidikan Islam tidak saja menghasilkan generasi yang benar dalam sikap dan pemikiran, namun juga semangat yang tinggi dalam menguasai ilmu-ilmu terapan (ilmu pengetahuan dan teknologi). Hal ini sangat penting untuk membawa bangsa keluar dari krisis multidimensi yang disebabkan oleh lemahnya penguasaan iptek sehingga bergantung pada negara asing.

[Kangean.Net]