Pembahasan tentang pendidikan bagi "digital native" atau anak-anak yang lahir dan besar di era internet sangat perlu diperhatikan dengan baik. Ini harus menjadi salah satu fokus utama para orang tua untuk menjaga dan mengontrol cara anak-anak menggunakan gadget mereka.

Jika para orang tua sepenuhnya mempasrahkan pendidikan anak-anaknya kepada sekolah, hal ini tidak ideal. Penggunaan teknologi terjadi juga di luar lingkungan sekolah, sehingga orang tua harus berperan aktif dalam membimbing anak-anak mereka. Ketika membahas tentang pendidikan, para orang tua harus cermat mengamati kualitas lulusan dari berbagai jenis pendidikan, baik umum maupun khusus. Seperti yang dikatakan oleh John Dewey, “If we teach our children as we did yesterday, we rob them of the future.” Kutipan dari artikel ini juga sangat relevan:

"Siswa dan siswi kita sekarang tumbuh dalam dunia digital yang berkembang sangat cepat. Ada yang mengatakan perbandingannya 1:7, artinya satu tahun di dunia nyata sama dengan tujuh tahun di dunia digital. Sebuah percepatan yang luar biasa. Siswa dan siswi kita berpikir dan berbicara dalam bahasa yang berbeda dengan kita. Mereka adalah pemilik dan penduduk asli dunia digital.”

Persoalan utama kita sekarang bukan soal apa materinya, tetapi bagaimana metode pendidikannya, atau, seperti apa teknologi pendidikan yang mesti disusun bagi generasi "digital native" ini. Tujuannya agar anak-anak kita tidak terus-menerus menjadi konsumen atau sekadar pelengkap penderita yang sehari-hari menghibur diri dengan mengklaim diri sebagai benteng moral. Sebaliknya, anak-anak kita harus dididik sesuai zamannya, seperti yang dikatakan Sayyidina Ali, “Didiklah anak-anakmu sesuai dengan zamannya.”

Saat ini, kita tengah diserang oleh dunia digital di mana kebanyakan penggunanya tidak memiliki inisiatif untuk menjadikan internet sebagai sumber informasi yang sangat luas. Sebaliknya, banyak yang menggunakannya hanya untuk bersenang-senang dan menunjukkan eksistensi diri. Bahkan tak sedikit yang menggunakan gadget tanpa mempertimbangkan etika, mengikuti keinginan mereka meskipun itu tidak sesuai dengan nilai-nilai agama. Contohnya, mengumbar aurat dan melakukan kemaksiatan melalui postingan di media sosial, yang membuat mereka hidup tanpa mempertimbangkan inisial keislaman.

Pendidikan bagi anak-anak di era digital memerlukan pendekatan yang berbeda dan inovatif. Orang tua harus aktif terlibat dalam mendidik anak-anak mereka tentang penggunaan teknologi yang bijak. Sekolah juga harus beradaptasi dengan perubahan ini dan mengembangkan metode pengajaran yang relevan dengan dunia digital. Dengan demikian, anak-anak dapat tumbuh menjadi individu yang tidak hanya menguasai teknologi, tetapi juga memiliki moral dan etika yang kuat dalam penggunaannya.