Kondisi Jalan Menuju Pajenangger, Kangean
[KANGEAN.NET] Pembangunan infrastruktur di Kabupaten Sumenep menyisakan kecemburuan sosial antar-desa. Sebab ada beberapa desa yang hingga saat ini tak tersentuh perbaikan infrastruktur jalan sama sekali. Salah satunya adalah Desa Pajenangger, Kecamatan Arjasa, Kepulauan Kangean.

Desa yang berada di sisi selatan Pulau Kangean tersebut, tidak pernah mendapatkan program pengaspalan jalan raya dari Pemkab Sumenep. Sehingga warga desa itu kesulitan mendapatkan akses yang bagus menuju ibukota Kecamatan Arjasa yang berjarak sekira 11 kilometer dengan rute naik turun perbukitan.

Salah satu tokoh masyarakat Desa Pajenangger, ustaz Misnadin mengatakan, pengerasan jalan raya di akses masuk menuju desanya, hanya sekali dilakukan, yakni pada zaman Orde Baru atau di masa kepemimpinan Presiden Soeharto.

“Masyarakat yang ingin menuju (ibu) kota Kecamatan Arjasa, jika musim hujan harus melalui jalur laut dengan melewati desa sebelah. Kalau jalan raya di musim kemarau melewati sawah dan menembus pegunungan,” ujarnya.

Sementara itu, Kepala Desa Pajenangger, Suhrawi mengatakan, desanya memiliki 6.430 penduduk. Tapi menurut dia, sudah 70 tahun Indonesia merdeka, sampai saat ini sepanjang perjalanan darat layaknya, melintasi lautan di tengah hempasan ombak. Sebab jalan raya hanya berupa tanah biasa dan bergelombang.

“Jangankan diaspal, pengerasan (pemdatan) pun tidak pernah (ada). Sementara di daratan Sumenep sudah maju. Sedangkan aset di daerah ini dikeruk tanpa ada pengembalian. Apa bedanya Kangean dan daratan?” ‘protes’ Suhrawi.

Kepala desa yang baru sekira 8 bulan menjabat itu, mengaku bahwa di desanya terdapat 55 ruas jalan penghubung antar-dusun. Tapi yang sudh disentuh perbaikan oleh Pemkab Sumenep baru ada 3 ruas jalan. Itupun hanya pemadatan saja. Sehingga warga kami kesulitan dalam berinteraksi dengan masyarakat desa sebelah.

Ruas jalan yang rusak parah tanpa ada lapisan perkerasan, sambung Suhrawi, panjangnya sekitar 11 kilometer, menghubungkan Desa Gelleman-Desa Pajenangger, Kecamatan Arjasa. Sehingga untuk melintasi jalan yang cocok untuk penggemar motor trail tersebut, harus ditempuh dengan waktu 1,5 jam. Yang seharusnya bisa ditempuh 15 menit.

“Bahkan ada warga satu kampung yang menempuh pendidikan hanya sampai kelas 3 SD berhenti. Karena mereka bosan setiap hari harus melewati pematang sawah jalan kaki yang jauh. Yang sakit diusung ke puskesmas memakai tandu,” urainya.

Di daerah yang didominasi suku Bugis dan Kangean tersebut, pihaknya menjelaskan, memiliki jumlah penduduk 8.465 ribu jiwa termasuk anak-anak dan balita, dengan 2.670 kepala keluarga.

Suhrawi mengaku, luas daerahnya 5.715 kilometer persegi. Yang didalamnya ada 815 hektare lahan pertanian tadah hujan, dan tanah kering tak produktif sekitar 400 hektare. Lautannya luas dan berpotensi ekonomis tinggi.

“Dengan kondisi penduduk yang padat, tanpa memiliki akses jalan raya yang bagus menuju pusat ekonomi di Kecamatan Arjasa, membuat bahan pokok langka dan harganya mahal, apalagi bahan bakar,” tandasnya. (aan/yoe)

Sumber: KoranKabar.com/[Kangean.Info]